POHUWATO – Warga Desa Teratai, Kabupaten Pohuwato, dibuat resah akibat tersendatnya pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moolango.
Gangguan distribusi air yang sudah berlangsung hampir sepekan ini dinilai sangat mengganggu aktivitas harian masyarakat.
Keluhan muncul dari berbagai kalangan warga, salah satunya Farhan (27), yang merasakan langsung dampak terhentinya suplai air.
Ia mengungkapkan, kondisi ini membuat kebutuhan dasar rumah tangga terganggu, mulai dari memasak, mencuci pakaian, hingga mandi.
“Beberapa masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, terutama air yang sangat penting,” ujarnya, Jumat (12/9/2025).
Farhan menuturkan, selain kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, warga juga harus menanggung beban baru berupa biaya perbaikan pipa yang rusak.
Padahal, mereka tetap diwajibkan membayar tagihan PDAM meski suplai air tidak mengalir sebagaimana mestinya.
“Kami rutin bayar tagihan, tapi malah disuruh keluar uang lagi untuk beli pipa. Ini jelas memberatkan,” keluhnya.
Gangguan ini tidak hanya dialami oleh satu atau dua keluarga.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, masalah air bersih sudah terjadi sejak sekitar satu minggu terakhir dan berdampak pada dua dusun di Desa Teratai, yakni Dusun Bihe dan Dusun Dupi.
Akibatnya, puluhan rumah tangga mengalami kesulitan yang sama.
Bagi masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi menengah ke bawah, persoalan ini terasa lebih berat.
Selain harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli pipa baru, mereka juga masih harus membeli air bersih dari luar agar kebutuhan mendasar bisa terpenuhi.
Hal ini membuat pengeluaran rumah tangga semakin membengkak.
Kepala Desa Teratai, Simson Hasan, mengaku belum mengetahui adanya persoalan tersebut ketika dikonfirmasi media.
“Saya belum dapat info terkait itu,” singkat Simson melalui pesan WhatsApp.
Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Moolango, Kaharuin Rahim, membenarkan adanya gangguan pada jaringan pipa.
Ia menjelaskan, permasalahan terjadi akibat pipa yang putus di kompleks kantor camat dan juga di bagian hulu yang menjadi jalur utama aliran air.
“Dua hari kemarin memang benar ada dua titik pipa putus. Tapi saat itu juga sudah dikerjakan perbaikannya,” jelas Kaharuin.
Kondisi ini menimbulkan dugaan bahwa penanganan masalah belum dilakukan secara menyeluruh.
Saat ditanya soal beban biaya tambahan yang ditanggung warga dan tagihan rutin pelanggan meski air macet, Kaharuin tidak memberi jawaban jelas.
Menurut warga, jika kerusakan terjadi di jaringan utama, seharusnya biaya perbaikan menjadi tanggung jawab penuh perusahaan, bukan dibebankan kepada pelanggan.
“Kami ini pelanggan resmi, bukan pengguna liar. Jadi harusnya PDAM yang tanggung,” kata salah seorang warga.
Hingga berita ini diturunkan, pasokan air ke sejumlah rumah warga Desa Teratai masih belum mengalir lancar.
Warga pun terus menunggu langkah tegas dari PDAM maupun pemerintah daerah agar krisis air bersih yang mereka alami dapat segera diatasi tanpa harus menambah beban ekonomi rumah tangga. (*)
