Suleman Datau Siswa SDN 1 Bone Raya, Sebuah Cermin untuk Kita Semua

Foto: Istimewa.

GORONTALO – Kisah Suleman Datau adalah secuil potret nyata yang mampu menggugah hati siapa saja. Di usia yang masih belia, di tengah segala keterbatasan, ia memilih untuk tidak makan gratis di sekolah agar makanan itu bisa ia bawa pulang untuk ibunya di rumah. Bayangin, seorang anak kecil yang harus mikirin hal sebesar itu. Betapa besar pengorbanan seorang anak yang seharusnya menikmati masa kanak-kanaknya, namun justru menunjukkan cinta dan tanggung jawab yang begitu mendalam.

Suleman ngajarin kita arti kasih sayang dan pengorbanan yang mungkin sering kita lupa di tengah kenyamanan hidup dewasa ini. Pertanyaannya, kapan terakhir kali kita menunjukkan rasa cinta kepada orang tua kita? Sebuah tindakan kecil pun sudah cukup, karena bagi mereka, perhatian itu tak ternilai harganya.

Bagi kita yang masih memiliki orang tua, mari doakan mereka selalu sehat dan berada dalam lindungan-Nya. Dan untuk orang tua yang telah berpulang, kirimkanlah doa terbaik sebagai bentuk cinta yang tak pernah padam.

Namun, kisah Suleman menyimpan lapisan lain yang lebih menyedihkan. Kondisi tempat ia belajar, SDN 1 Bone Raya, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, yang sangat tidak layak. Sekolah ini menjadi korban banjir bandang yang melanda Kecamatan Bone Raya pada tahun 2020. Bangunan hancur, fasilitas rusak, hingga akhirnya para siswa dan guru harus berpindah-pindah, dari rumah warga hingga kini bertahan di gedung bekas masjid.

Bayangkan, di tempat yang serba kekurangan, anak-anak dan para guru tetap berjuang untuk menuntut ilmu. Mereka mengajarkan kita arti sejati dari semangat belajar. Tapi, sampai kapan kondisi ini dibiarkan?

Kabar baiknya, rencana perbaikan sekolah ini sudah masuk dalam APBD 2025. Namun, ini tidak bisa dibiarkan hanya menjadi janji di atas kertas. Pendidikan adalah hak dasar setiap anak bangsa, dan penundaan hanya akan merugikan generasi penerus kita. Pemerintah harus bergerak cepat, karena anak-anak seperti Suleman tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama.

Dan kita, sebagai masyarakat, jangan hanya menjadi penonton yang terharu. Mari bergerak bersama, sekecil apa pun kontribusi kita. Aksi nyata, seperti mendukung program donasi pendidikan, membantu sekolah-sekolah terdampak bencana, atau menyuarakan masalah ini agar terus menjadi perhatian, adalah bentuk kepedulian yang sangat berarti.

Suleman dan teman-temannya tidak boleh berjalan sendiri. Kisah ini bukan sekadar viral untuk menuai simpati, tapi menjadi pengingat bahwa di setiap sudut negeri, ada mereka yang terus berjuang meski dalam keterbatasan. Saatnya kita ikut ambil bagian dalam menciptakan kemajuan bagi pendidikan. Karena pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama.

Rifaldi Halang, S.Sos
Relawan Rumah Kami Peduli (RKP) Gorontalo
Ketua KAMMI Wilayah Gorontalo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *