GORONTALO – Santi Mootalu (39), seorang pengrajin karawo asal Gorontalo, berhasil mengembangkan usaha bordir tradisional khas daerahnya.
Memulai perjalanan sebagai karyawan di sebuah toko karawo pada tahun 2016, kini Santi telah memiliki toko sendiri yang memproduksi dan menjual produk karawo.
“Awal mula saya mengenal karawo tahun 2016, tapi saat itu masih menjadi karyawan di toko karawo. Kemudian tahun 2021, saya sudah mulai punya toko sendiri,” ujar Santi Mootalu saat diwawancarai.
Sejak memiliki usaha sendiri, Santi tidak hanya berperan sebagai penjual, tetapi juga memproduksi karawo bersama saudara-saudaranya.
“Ketika sudah punya toko sendiri, saya memproduksi karawo sendiri. Dibantu oleh saudara-saudara saya yang menyulam karawo, dan saya menyiapkan bahannya,” tambahnya.
Dalam proses produksi, Santi telah menjalin kerja sama dengan beberapa toko kain sebagai pemasok bahan baku.
Hal ini memudahkan proses produksi, sehingga usaha yang ia jalankan tetap stabil.
“Untuk bahan sendiri, kami sudah ada kerja sama dengan toko kain, jadi sudah punya toko kain langganan,” jelasnya.
Santi juga mengungkapkan bahwa omzet penjualannya cukup stabil, bahkan bisa mencapai Rp20 juta per minggu.
“Omzet sering kami hitung per minggu, dan per minggu bisa mencapai Rp20 juta,” tuturnya.
Kemampuan Santi dalam memilih bahan, memproduksi, hingga memasarkan produk karawo sebagian besar ia pelajari secara otodidak.
Namun, keterampilan menyulam yang menjadi inti dari produk karawo sudah diwariskan secara turun temurun dalam keluarganya.
“Jadi penjual karawo saya belajar sendiri, cara memilih bahan dan memasarkannya. Namun, untuk menyulam karawo sendiri, itu adalah keterampilan yang turun temurun diajarkan oleh orang tua kami dahulu,” pungkas Santi.
Karawo, sebagai warisan budaya khas Gorontalo, menjadi sumber penghidupan bagi banyak pengrajin seperti Santi Mootalu.
Usaha yang dibangunnya menjadi salah satu bukti bahwa dengan kemauan dan keterampilan, tradisi dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang berkelanjutan. (*)